Rabu, 20 November 2013

Semuanya Telah Berakhir


Xavier, Jasmine, Rey, Keira atau X-JRei adalah sahabat yang selalu bersama menghadapi segala rintangan. Mereka berempat adalah detektif cilik yang suka memecahkan misteri dalam kehidupan di sekitar mereka. Mereka berempat sekarang duduk di kelas 3 SMPK Don Bosco Bandung. Mereka tinggal di sebuah komplek perumahan yang asri. Di komplek tersebut terdapat sebuah rumah yang sangat besar dan tidak berpenghuni.
Rumah kosong tersebut tak diketahui dengan pasti asal-usulnya. Ada yang mengatakan bahwa rumah itu adalah rumah hantu. Ada pula yang mengatakan rumah itu bekas tempat persembunyian teroris. X-JRei tidak percaya akan perkataan orang di sekitar rumah tersebut.
Kejadian ini sudah terulang beberapa kali. Tangisan kecil yang menusuk hati terdengar sayup-sayup dari rumah yang terletak di ujung gang. Seringkali terdengar juga suara anak kecil melantunkan lagu sedih. Setiap orang yang melihat ke arah rumah tersebut selalu dihantui rasa takut. X-JRei tidak percaya akan hal tersebut. Hingga akhirnya mereka mengalaminya sendiri. Sebuah kejadian asing terjadi, suatu hari tak terdengar suara apapun dari rumah tersebut, kejadian ini berlangsung lama. Sampai akhirnya X-JRei yang merasa penasaran  mencoba untuk melakukan penyelidikan.
Hari itu hari Senin, X-JRei berkumpul di rumah Keira yang terletak tak jauh dari ‘rumah’ tak berpenghuni tersebut. Tiba-tiba saat mereka sedang membahas kejadian ‘aneh’ tersebut, terdengar teriakan para warga yang mengatakan “Kebakaran!!”. “Kebakaran??? Di mana?? Betapa cerobohnya orang yang rumahnya terbakar.” decak Jasmine. Karena panik, X-JRei keluar dari rumah dan mencari objek yang terbakar. “Astaga.. Jasmine, bukankah itu rumah kosong??” ujar Xavier terkejut. Ternyata kebakaran itu berasal dari rumah yang tepat berada di depan ‘rumah’ tak berpenghuni. Setelah 4 jam upaya pemadaman api akhirnya berhasil. Saat itu, Rey melihat jejak kaki yang tampak gosong di jalan, jejak kaki tersebut sangatlah kecil untuk ukuran manusia yang bisa berjalan. Namun bukan itu yang membuat mereka berpikir keras, hal ini adalah jari-jari yang panjang berada di jejak kaki tersebut berwarna merah darah. Di sekitar jejak kaki tersebut pun terdapat bercak-bercak darah. X-JRei pun memotret dan membawa sampel darah tersebut untuk mereka selidiki jejak kaki apakah itu.
Minggu pagi, langit kelabu dengan sinar matahari yang tak tampak setitik pun serta bunyi petir yang bersahutan. X-JRei kembali berkumpul di rumah Xavier yang terletak di dekat sungai belakang ‘rumah’ kosong untuk melanjutkan penyeliikan. “Sungai ini sering mengeluarkan aroma yang tidak sedap dan sangat menyengat.” Ungkap Xavier. X-JRei mengamati ‘rumah’ kosong itu, rumah itu tampak berkabut dengan lampu yang berkedip-kedip seolah sudah hampir tak memiliki tegangan. “Ayo kita pergi ke rumah itu!” ucap Rey dengan berani. “Apa??? Kau hanya bercanda kan Rey?? Aku tidak mau!” ucap Jasmine dengan sedikit terkejut. “Kurasa itu ide yang cukup bagus. Selama ini orang-orang hanyalah mendengarnya tanpa tahu sebenarnya. Kita kan X-JRei masa begitu saja tidak berani.” Ungkap Xavier sembari memandang Rey. “Huhh.. Aku benar-benar tak mengerti pola pikir kalian.” ungkap Jasmine kesal. “Jadi kalian mau ikut tidak?” tanya Rey. “Aku ikut!” ujar Xavier. “Aku juga” ucap Keira. “Apa kau yakin Keira? Aku rasa kau hanya akan menjerit-jerit.” ujar Jasmine dengan kesal. “Jadi kau ikut tidak?” tanya Rey lagi. “Baiklah.” Pasrah Jasmine.
Akhirnya hari itu X-JRei memberanikan diri mendatangi rumah tersebut. Saat mereka membuka gerbang rumah tersebut, terdengar suara berderit berasal dari gerbang tersebut. Saat mereka berjalan di halaman rumah tersebut, terdapat banyak jejak kaki yang pernah mereka temukan saat peristiwa kebakaran minggu lalu. X-JRei juga melihat bayangan-bayangan hitam yang melesat cepat di depan mereka, dan tampak kabur karena kabut yang tebal. Saat mereka berdiri di depan pintu yang amat besar, tiba-tiba terdengar suara teriakan melengking yang bersahutan membuat bulu kuduk berdiri. Saat X-JRei memberanikan diri mendorong masuk pintu tersebut untuk membuka, tiba-tiba terdengar suara nyanyian dan tangisan anak kecil yang sangat keras. Di dalam rumah tersebut sangatlah gelap, Rey menghidupkan lampu senter yang Ia bawa. Maka mulai terlihatlah ‘makhluk-makhluk’ yang belum pernah mereka lihat. Di dalam rumah tersebut terdapat ‘makhluk’ yang berbentuk seperti manusia namun menggunakan jubah hitam panjang dan matanya berwarna merah, dengan kaki yang tak menapak pada tanah. X-JRei juga melihat ‘makhluk’ lainnya, tinggi dengan kepala menyerupai banteng dan berlumuran darah. X-JRei menatap ‘makhluk’ itu dengan takut dan membisu. Tiba-tiba seorang anak kecil menghampiri mereka, ‘Ia’ sangat cantik dengan rambut tergerai panjang dan menggunakan gaun putih, tetapi ‘Ia” tembus cahaya dan melayang mengitari mereka. Lalu melantunkan lagu yang sering terdengar dari ‘rumah’ kosong ini. Suara yang melengking dan semakin lama semakin memekakkan telinga ini semakin membuat kami gemetar. Tetapi mereka tetap membulatkan tekad dan keberanian. Lalu terdengar suara petir yang sangat kuat memecah suara nyanyian, lalu ‘makhluk-makhluk’ itu tiba-tiba terbang dan berlari tak tentu arah. Hingga beberapa ‘makhluk’ saling bertabrakan. Kini mereka tahu letak kelemahan ‘makhluk-makhluk’ tersebut. ‘mereka’ akan hilang kendali jika mendengar suara petir yang sangat kuat. Keira yang ahli dalam menghitung, segera Rey paksa untuk menghitung setiap berapa detik bunyi kilat akan terdengar. Akhirnya mereka menyusun rencana untuk bisa masuk ke ruangan yang lebih dalam dengan bantuan bunyi petir dan menghafalkan arus lari ‘makhluk-makhluk’ ini. Saat bunyi petir terdengar, mereka segera berlari menuju sebuah sudut kosong yang mereka ketahui bahwa ‘makhluk-makhluk’ tersebut tidak akan menuju sudut ini saat mereka hilang kendali. Setelah 5 menit melakukan hal yang sama akhirnya kini mereka berada di ruangan yang cukup cahaya. Mereka melihat gadis cantik yang mereka lihat di depan tadi. Ia tersenyum kepada X-JRei. “Di mana Ibuku??” tanya gadis itu. X-JRei tersentak kaget dengan pertanyaan gadis itu. Karena tak ada yang menjawab gadis itu kembali bertanya, “Di mana Ibu? Kalian apakan Ibuku?? Kalian jahat! Sudah berbuat jahat pada Ibu, tidak mau mengakuinya pula!”. “Kakkaammmimii titiidak tahu.” ucap Jasmine bergetar. “Ya, kami tidak tahu siapa Ibumu.” imbuh Rey. “Lantas siapa kalian? Berani sekali kalian mengunjungi rumahku? Bukankah manusia-manusia di luar sana penakut? Apakah kalian juga ingin menyiksaku seperti kalian menyiksa Ibuku?” tangis gadis itu. “Kami tak tahu Ibumu. Kami datang ke sini bukan untuk menyiksamu atau apa. Kami hanya ingin tahu siapa kau dan kenapa kau selalu menangis?” jawab Xavier. “Aku di sini mencari Ibuku. Ibuku telah disiksa oleh manusia-manusia tak punya otak. Mereka menganggap Ibuku adalah pencuri di sini. Padahal Ibuku selalu membantu manusia-manusia di sekitarnya. Bahkan Ia mengajariku untuk berbuat baik. Aku selalu mencoba menghibur diiriku sendiri yang merindukan Ibu dengan bernyanyi. Maafkan aku jika aku membuat kalian takut. Aku tak bermaksud menakuti kalian. Aku hanya ingin mengenang Ibuku.” Ujar gadis itu sambil menangis. “Apa yang bisa kami bantu?” tanya Keira. “Aku ingin manusia-manusia di luar sana menyadari kesalahannya dan  bertobat. Karena Ibuku mengatakan bahwa manusia di luar sana sudah banyak berbuat dosa. Aku juga sedih karena mereka sering melempari rumahku dengan batu.” cerita si gadis. X-JRei berpikir keras akan jawaban gadis itu. Bagaimana cara mereka untuk membuat orang-orang percaya akan perkataan mereka nanti? “Ku mohon bantu aku. Jika kalian berhasil membuat manusia-manusia itu bertobat, maka aku juga akan berhasil. Karena upaya kalian bisa membuatku bertemu lagi dengan Ibuku. Dan aku akan berjanji untuk tidak mengganggu manusia-manusia di luar sana dengan suaraku.” mohon gadis itu. “Baiklah. Kami akan berusaha. Tapi berjanjilah bahwa kau tidak akan mengganggu kami lagi. Dan kau pergi dari rumah ini.” jawab Xavier berani. “Ya, aku berjanji. Sekarang kalian pergilah. Dan katakana pada manusia-manusia penuh dosa itu untuk bertobat, jika kalian ingin aku segera  pergi.” ujar gadis itu sambil tersenyum.
Tiba-tiba cahaya yang sangat terang menyergap dan membuatakan mata mereka. Ketika mereka telah bisa melihat dengan jelas, mereka telah berada di depan gerbang rumah kosong tersebut.
“Bagaimana caranya membuat orang-orang percaya akan apa yang kita alami?” tanya Keira keesokan harinya di rumahnya. Pagi ini X-JRei kembali berkumpul untuk membahas cara mengatakan pengalaman mereka semalam di rumah Keira. “Ya, apa yang harus kita lakukan? Sudah kubilang pergi ke rumah kosong itu bukan ide yang bagus!” jawab Jasmine kesal. “Kalau kau tidak suka di sini, pergilah! Kami tidak membutuhkan penakut sepertimu!” ujar Xavier kesal. “Sudahlah. Kalian jangan berantem saja. Menghabiskan waktu.” ucap Rey mencoba mencairkan suasana yang memanas. “Jadi, apa yang sebaiknya kita lakukan? Apa sebaiknya kita menceritakan pada orangtua kita? Karena orang-orang tidak akan percaya pada kita.” jawab Jasmine. “Aku rasa jangan ceritakan pada orangtua. Bagaimana kalau kita bicara pada Pendeta agar Pendeta menyuruh mereka untuk bertobat?” usul Xavier. “Tapi jika Pendeta tidak percaya pada kita?” tanya Jasmine. “Kita jangan ceritakan pada Pendeta. Kita hanya perlu meminta tolong pada Pendeta untuk berkotbah mengenai pentingnya bertobat.” usul Keira. “Itu ide yang bagus.” jawab Rey bersemangat.
Minggu pagi di gereja Bethani, Pendeta berkotbah mengenai pentingnya bertobat dan kehidupan manusia sekarang yang banyak dosa. Upaya mereka untuk membuat orang-orang bertobat hampir berhasil. Tinggal kesadaran mereka saja untuk bertobat dan mau menyadari kesalahan mereka masing-masing.
            Sudah sebulan ini tidak terdengar lengkingan dan nyanyian dari rumah kosong. Dengan begitu upaya X-JRei menyelidiki dan meneyelesaikan masalah telah berhasil. Kini komplek mereka tidak lagi terdengar suara gadis yang penuh penderitaan itu. Hingga suatu malam, gadis itu masuk ke dalam mimpi X-JRei. “Terimakasih teman-teman karena telah membantuku. Kini aku bisa bertemu lagi dengan Ibuku. Berbuatlah baik dan berdoalah selalu. Kini semua penderitaanku telah berakhir. Aku bisa pergi dengan tenang bersama Ibuku di surga. Terimakasih teman-teman.” pesan gadis itu dalam mimpi mereka. Kini gadis itu telah pergi dengan tenang. Kini semua telah berakhir. Semua penderitaan dan rasa penasaran gadis itu telah lenyap seiring dengan pertobatan manusia-manusia berdosa dan telah kembali pada jalan kebenaran.
            X-JRei selalu berdoa untuk gadis itu dan Ibunya supaya tenang dan bahagia di surga. X-JRei juga selalu berbuat baik dan mengingatkan orang di sekitar mereka untuk berbuat baik dan ingat Tuhan. Karena manusia hidup oleh Kekudusan Tuhan. Kini X-JRei tetap bersahabat dan selalu bersama dalam memecahkan masalah.
By : Lea

Elit Politik Indonesia


Saat Tsunami, DPRD Sumatera Barat di Italia  
Senin, 01 November 2010 | 05:27 WIB
TEMPO Interaktif, Padang -Di tengah bencana gempa bumi dan tsunami yang
menerjang Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, sembilan anggota Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Barat justru berkunjung ke Italia. Kunjungan
tersebut berlangsung dari 25 Oktober hingga 2 November 2010.
Sekretaris DPRD Sumatera Barat, Nasral Anas, mengatakan kunjungan itu bukan
untuk pelesiran dan bukan atas inisiatif DPRD. Menurut dia pihaknya hanya
memenuhi undangan Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian
untuk menghadiri pameran kopi di Italia.
"Saya tidak hafal juga agenda mereka, ke mana dan ngapain saja," kata Nasral saat
dihubungi tadi malam.
Rombongan DPRD Sumatera Barat yang berangkat ke Italia terdiri atas tujuh orang dari Komisi II bidang ekonomi dan keuangan, satu orang dari
Komisi I bidang pemerintahan, dan satu orang wakil ketua. Mereka adalah Leonardy Harmayni, Musmaizer, Zailis Usman (ketiganya Fraksi Partai
Golkar), Dodi Delvi, Eldi Sutrisno, Liswandi (ketiganya Fraksi Demokrat), Indra Dt Rajo Lelo (Fraksi PAN), Islon Chong (Fraksi PBR), dan
Marthias Tanjung (Fraksi PPP).
Menurut mantan Ketua Forum Peduli Sumatera Barat Mestika Zed, kepergian para anggota Dewan ke Italia itu tak ada untungnya dan secara
moral tak bisa dipertanggungjawabkan.
"Jawabannya sudah klise, karena ini sudah dianggarkan. Padahal dari dulu studi banding ini sudah banyak dibahas. Apa untungnya bagi
masyarakat, tidak ada. Ini hanya manipulasi oleh anggota Dewan," kata Mestika kemarin.
Mestika, yang pernah membongkar kasus korupsi berjemaah anggota DPRD Sumatera Barat periode 1999-2004, mengatakan masyarakat juga ikut
bertanggung jawab karena telah ikut memilih anggota Dewan yang seperti itu. Dia mengatakan masyarakat harus ikut mengevaluasi anggaran
DPRD.
"Harus ada mekanisme (yang memungkinkan) masyarakat tahu ke mana anggaran digunakan," kata Mestika.
Seorang warga Sikakap, Kepulauan Mentawai, Awo Jaluhu, berharap anggota DPRD tersebut segera pulang ke Padang. "Lihatlah, banyak korban
yang masih tinggal di hutan, dingin, berhujan-hujan, apalagi saat badai seperti sekarang. Lebih baik bantu kami daripada jalan-jalan," ujarnya.



















Mari kita lihat contoh lain, agar dapat semakin memahami krisis rasa malu dalam dunia politik di Indonesia:
Gaji Buta, Krisis Moral dan Rasa Malu Kita
Seorang anak pejabat teras di Setdakab Pidie yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS)
ditengarai sudah dua tahun menikmati gaji buta. PNS yang berdinas di Kantor Pendidikan
dan Latihan Pidie tersebut selama dua tahun ini mengikuti kuliah di Banda Aceh, namun
tetap menerima gaji sebagaimana PNS lainnya. Berita ini hanya sebuah berita “basi”, hanya
status si anak pejabat yang membuat “ramai”. Sudah bukan rahasia lagi negeri ini dikelola
penuh dengan KKN Plus. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme plus. Mau bekerja di
pemerintahan? Harus dekat dekat dengan pejabat pemerintah atau penguasa. Bila tidak
harus punya dana puluhan juta alias menyogok bila ingin menjadi PNS. 
Setali tiga uang di instansi negara lainnya. Mau masuk ke manapun di lembaga pengelola
negara, harus menyediakan dana atau punya lobi kuat ke “atas”. Ini sudah terjadi sejak
puluhan tahun lalu, dan sayangnya semakin “mengganas” di masa reformasi. Banyak yang
sebelumnya mencaci maki KKN, malah diam diam terlibat sistem yang sudah sedemikian
dalam dengan KKN-isme dalam mengelola negara ini. Kita boleh bertanya; berapa banyak
pegawai negeri yang masuk resmi dan murni karena rekrutmen profesional? Mungkin
semua akan berkilah, apalagi mereka yang terkait dengan pengeruk uang negara. Merekalah
yang punya negara ini, kita cuma menumpang! Bahkan hukum pun mereka kuasai, bersama
mereka yang mampu menekan, dengan berbagai cara. Lihatlah situasi terkini di Aceh saja,
siapa yang dekat dengan penguasa atau mereka yang kuatlah yang akan berhasil mengeruk
uang negara melalui proyek proyek atau jabatan empuk. Atau mereka yang mau mengemis,
mendesak dan menjilat. Beginilah nyatanya situasi negeri yang berazas hukum dan konon
amat bermoral ketimuran karena rakyatnya yang taat beragama ini.
            Sungguh inilah yang sering kita sebut kepura puraan. Kasus anak pejabat Pidie ini hanya sebutir pasir di sebuah pantai yang amat kotor airnya dan butir butir pasirnya. Berselemak KKN! Anda ingin memasukkan anak ke sekolah favorit? Mau masuk dan mengabdi di institusi tertentu? Bahkan ingin menjadi seorang pejabat di lingkungan basah? Bersiap siaplah pakai modal sejumlah dana pendukung.
Ya wajar sajalah, mau jadi Caleg, bupati, gubernur apalagi presiden perlu modal uang, minimal untuk kampanye atau ditabur taburkan ke konstituennya, ya rakyat. Entah sistem apa ini namanya. Soal Pilsung yang kita agung agungkan cuplikan sebuah demokrasi yang kita ambil dari negara negara dengan demokrasi maju, ternyata palsu sampai di lapangan negeri ini. Rakyat yang semakin hedonis, materialis, menilai semata mata karena uang. Kita ini hidup semakin dalam ke jurang kemunafikan. Sulit mengubah sistem yang buruk ini, meski Menteri Penertiban Aparatur Negara sendiri mengatakan aparatur negara semakin baik dari hari ke sehari. Semakin diatur, yang tidak tepat akan “dibuang” ke lembaga yang kurang berfungsi. Tapi kenyataannya kita lihat betapa banyak uang negara dihambur hamburkan sia sia, termasuk kepada jutaan penerima gaji buta.
Kita belum melongok ke instansi lain, yang makan gaji buta, yang dengan bangga menerima dana apresiasi lain yang sebenarnya “tidak halal”. Tidak halal? Siapa yang peduli di negeri yang rakyatnya, sekali lagi hampir seluruh rakyatnya semakin mengagung agungkan materi? Menghormati dan kagum kepada mereka yang punya uang dan jabatan? Maka semua orang berlomba lomba mendapat sanjungan dari rakyat seperti ini. Pemimpin dan rakyat seolah menikmatinya, dan pura pura tidak tahu bila terjadi penyelewengan, konon lagi bila mereka terlibat di dalamnya. Di mulut manis dan suci, tapi sukar melihat diri sendiri dengan cermin yang bersih.
Cermin kita kotor. Dan siapa yang mau bercermin. Toh pemimpin dan rakyat sama saja. Bukankah pemimpin lahir dari rakyat? Bagaimana rakyatnya begitulah pemimpin yang lahir. Selamat bermimpi ke negeri mimpi, yang tidak pernah ada bahkan dalam acara televisi pun bisa berganti ganti stasiun tergantung bayaran.
Begitulah wajah kita, bicara manis dan idealis, tapi bertemu uang baho pun suyok. Sudahlah, lupakan cita cita membangun negara yang maju. Dan bersiaplah saling memakan bila krisis menerpa kita. Semuanya buah dari krisis moral dan rasa malu yang telah amat panjang dan kronis di negeri ini.
Dapat disimpulkan bahwa, para elit politik kita seakan kekurangan budaya sopan santun  dalam berpolitik. Banyak krisis yang dihadapi bangsa kita dikarenakan perilaku para elit politik kita. Seperti contoh anggota DPR yang pergi ke Italia untuk mengunjungi pameran kopi sedangkan di daerahnya, Mentawai sedang diguncang gempa dan tsunami yang banyak menewaskan banyak jiwa. Para elit politik kita seakan tidak memiliki rasa malu kepada masyarakat.
Sebagai solusinya, sebaiknya kita sebagai generasi muda harus menata norma dan kelakuan kita sehingga kelak ketika kita terjun kedalam masyarakat, kita dapat mengkontrol dan mengetahui bahwa kesadaran rasa malu itu sangat dibutuhkan untuk bermasyarakat.

By : Lea

Nevermind..

"Hahaha..
That I cosnsciously have to create a new account...
Many people follow my latest account, but i've to change.
This is a new account, new blog, new post, but nothing different with me.."

With love,
Lea.