Xavier,
Jasmine, Rey, Keira atau X-JRei adalah sahabat yang selalu bersama menghadapi
segala rintangan. Mereka berempat adalah detektif cilik yang suka memecahkan
misteri dalam kehidupan di sekitar mereka. Mereka berempat sekarang duduk di
kelas 3 SMPK Don Bosco Bandung. Mereka tinggal di sebuah komplek perumahan yang
asri. Di komplek tersebut terdapat sebuah rumah yang sangat besar dan tidak
berpenghuni.
Rumah
kosong tersebut tak diketahui dengan pasti asal-usulnya. Ada yang mengatakan
bahwa rumah itu adalah rumah hantu. Ada pula yang mengatakan rumah itu bekas tempat
persembunyian teroris. X-JRei tidak percaya akan perkataan orang di sekitar
rumah tersebut.
Kejadian
ini sudah terulang beberapa kali. Tangisan kecil yang menusuk hati terdengar
sayup-sayup dari rumah yang terletak di ujung gang. Seringkali terdengar juga
suara anak kecil melantunkan lagu sedih. Setiap orang yang melihat ke arah
rumah tersebut selalu dihantui rasa takut. X-JRei tidak percaya akan hal
tersebut. Hingga akhirnya mereka mengalaminya sendiri. Sebuah kejadian asing
terjadi, suatu hari tak terdengar suara apapun dari rumah tersebut, kejadian
ini berlangsung lama. Sampai akhirnya X-JRei yang merasa penasaran mencoba untuk melakukan penyelidikan.
Hari
itu hari Senin, X-JRei berkumpul di rumah Keira yang terletak tak jauh dari
‘rumah’ tak berpenghuni tersebut. Tiba-tiba saat mereka sedang membahas
kejadian ‘aneh’ tersebut, terdengar teriakan para warga yang mengatakan
“Kebakaran!!”. “Kebakaran??? Di mana?? Betapa cerobohnya orang yang rumahnya
terbakar.” decak Jasmine. Karena panik, X-JRei keluar dari rumah dan mencari
objek yang terbakar. “Astaga.. Jasmine, bukankah itu rumah kosong??” ujar
Xavier terkejut. Ternyata kebakaran itu berasal dari rumah yang tepat berada di
depan ‘rumah’ tak berpenghuni. Setelah 4 jam upaya pemadaman api akhirnya
berhasil. Saat itu, Rey melihat jejak kaki yang tampak gosong di jalan, jejak
kaki tersebut sangatlah kecil untuk ukuran manusia yang bisa berjalan. Namun
bukan itu yang membuat mereka berpikir keras, hal ini adalah jari-jari yang
panjang berada di jejak kaki tersebut berwarna merah darah. Di sekitar jejak
kaki tersebut pun terdapat bercak-bercak darah. X-JRei pun memotret dan membawa
sampel darah tersebut untuk mereka selidiki jejak kaki apakah itu.
Minggu
pagi, langit kelabu dengan sinar matahari yang tak tampak setitik pun serta
bunyi petir yang bersahutan. X-JRei kembali berkumpul di rumah Xavier yang
terletak di dekat sungai belakang ‘rumah’ kosong untuk melanjutkan penyeliikan.
“Sungai ini sering mengeluarkan aroma yang tidak sedap dan sangat menyengat.”
Ungkap Xavier. X-JRei mengamati ‘rumah’ kosong itu, rumah itu tampak berkabut
dengan lampu yang berkedip-kedip seolah sudah hampir tak memiliki tegangan.
“Ayo kita pergi ke rumah itu!” ucap Rey dengan berani. “Apa??? Kau hanya
bercanda kan Rey?? Aku tidak mau!” ucap Jasmine dengan sedikit terkejut.
“Kurasa itu ide yang cukup bagus. Selama ini orang-orang hanyalah mendengarnya
tanpa tahu sebenarnya. Kita kan X-JRei masa begitu saja tidak berani.” Ungkap
Xavier sembari memandang Rey. “Huhh.. Aku benar-benar tak mengerti pola pikir
kalian.” ungkap Jasmine kesal. “Jadi kalian mau ikut tidak?” tanya Rey. “Aku
ikut!” ujar Xavier. “Aku juga” ucap Keira. “Apa kau yakin Keira? Aku rasa kau
hanya akan menjerit-jerit.” ujar Jasmine dengan kesal. “Jadi kau ikut tidak?”
tanya Rey lagi. “Baiklah.” Pasrah Jasmine.
Akhirnya
hari itu X-JRei memberanikan diri mendatangi rumah tersebut. Saat mereka
membuka gerbang rumah tersebut, terdengar suara berderit berasal dari gerbang
tersebut. Saat mereka berjalan di halaman rumah tersebut, terdapat banyak jejak
kaki yang pernah mereka temukan saat peristiwa kebakaran minggu lalu. X-JRei
juga melihat bayangan-bayangan hitam yang melesat cepat di depan mereka, dan
tampak kabur karena kabut yang tebal. Saat mereka berdiri di depan pintu yang
amat besar, tiba-tiba terdengar suara teriakan melengking yang bersahutan
membuat bulu kuduk berdiri. Saat X-JRei memberanikan diri mendorong masuk pintu
tersebut untuk membuka, tiba-tiba terdengar suara nyanyian dan tangisan anak
kecil yang sangat keras. Di dalam rumah tersebut sangatlah gelap, Rey menghidupkan
lampu senter yang Ia bawa. Maka mulai terlihatlah ‘makhluk-makhluk’ yang belum
pernah mereka lihat. Di dalam rumah tersebut terdapat ‘makhluk’ yang berbentuk
seperti manusia namun menggunakan jubah hitam panjang dan matanya berwarna
merah, dengan kaki yang tak menapak pada tanah. X-JRei juga melihat ‘makhluk’
lainnya, tinggi dengan kepala menyerupai banteng dan berlumuran darah. X-JRei
menatap ‘makhluk’ itu dengan takut dan membisu. Tiba-tiba seorang anak kecil
menghampiri mereka, ‘Ia’ sangat cantik dengan rambut tergerai panjang dan
menggunakan gaun putih, tetapi ‘Ia” tembus cahaya dan melayang mengitari mereka.
Lalu melantunkan lagu yang sering terdengar dari ‘rumah’ kosong ini. Suara yang
melengking dan semakin lama semakin memekakkan telinga ini semakin membuat kami
gemetar. Tetapi mereka tetap membulatkan tekad dan keberanian. Lalu terdengar
suara petir yang sangat kuat memecah suara nyanyian, lalu ‘makhluk-makhluk’ itu
tiba-tiba terbang dan berlari tak tentu arah. Hingga beberapa ‘makhluk’ saling
bertabrakan. Kini mereka tahu letak kelemahan ‘makhluk-makhluk’ tersebut.
‘mereka’ akan hilang kendali jika mendengar suara petir yang sangat kuat. Keira
yang ahli dalam menghitung, segera Rey paksa untuk menghitung setiap berapa
detik bunyi kilat akan terdengar. Akhirnya mereka menyusun rencana untuk bisa
masuk ke ruangan yang lebih dalam dengan bantuan bunyi petir dan menghafalkan
arus lari ‘makhluk-makhluk’ ini. Saat bunyi petir terdengar, mereka segera
berlari menuju sebuah sudut kosong yang mereka ketahui bahwa ‘makhluk-makhluk’
tersebut tidak akan menuju sudut ini saat mereka hilang kendali. Setelah 5
menit melakukan hal yang sama akhirnya kini mereka berada di ruangan yang cukup
cahaya. Mereka melihat gadis cantik yang mereka lihat di depan tadi. Ia
tersenyum kepada X-JRei. “Di mana Ibuku??” tanya gadis itu. X-JRei tersentak
kaget dengan pertanyaan gadis itu. Karena tak ada yang menjawab gadis itu
kembali bertanya, “Di mana Ibu? Kalian apakan Ibuku?? Kalian jahat! Sudah
berbuat jahat pada Ibu, tidak mau mengakuinya pula!”. “Kakkaammmimii titiidak tahu.”
ucap Jasmine bergetar. “Ya, kami tidak tahu siapa Ibumu.” imbuh Rey. “Lantas
siapa kalian? Berani sekali kalian mengunjungi rumahku? Bukankah
manusia-manusia di luar sana penakut? Apakah kalian juga ingin menyiksaku
seperti kalian menyiksa Ibuku?” tangis gadis itu. “Kami tak tahu Ibumu. Kami
datang ke sini bukan untuk menyiksamu atau apa. Kami hanya ingin tahu siapa kau
dan kenapa kau selalu menangis?” jawab Xavier. “Aku di sini mencari Ibuku.
Ibuku telah disiksa oleh manusia-manusia tak punya otak. Mereka menganggap
Ibuku adalah pencuri di sini. Padahal Ibuku selalu membantu manusia-manusia di
sekitarnya. Bahkan Ia mengajariku untuk berbuat baik. Aku selalu mencoba
menghibur diiriku sendiri yang merindukan Ibu dengan bernyanyi. Maafkan aku
jika aku membuat kalian takut. Aku tak bermaksud menakuti kalian. Aku hanya
ingin mengenang Ibuku.” Ujar gadis itu sambil menangis. “Apa yang bisa kami
bantu?” tanya Keira. “Aku ingin manusia-manusia di luar sana menyadari
kesalahannya dan bertobat. Karena Ibuku
mengatakan bahwa manusia di luar sana sudah banyak berbuat dosa. Aku juga sedih
karena mereka sering melempari rumahku dengan batu.” cerita si gadis. X-JRei
berpikir keras akan jawaban gadis itu. Bagaimana cara mereka untuk membuat
orang-orang percaya akan perkataan mereka nanti? “Ku mohon bantu aku. Jika
kalian berhasil membuat manusia-manusia itu bertobat, maka aku juga akan
berhasil. Karena upaya kalian bisa membuatku bertemu lagi dengan Ibuku. Dan aku
akan berjanji untuk tidak mengganggu manusia-manusia di luar sana dengan suaraku.”
mohon gadis itu. “Baiklah. Kami akan berusaha. Tapi berjanjilah bahwa kau tidak
akan mengganggu kami lagi. Dan kau pergi dari rumah ini.” jawab Xavier berani.
“Ya, aku berjanji. Sekarang kalian pergilah. Dan katakana pada manusia-manusia
penuh dosa itu untuk bertobat, jika kalian ingin aku segera pergi.” ujar gadis itu sambil tersenyum.
Tiba-tiba
cahaya yang sangat terang menyergap dan membuatakan mata mereka. Ketika mereka
telah bisa melihat dengan jelas, mereka telah berada di depan gerbang rumah
kosong tersebut.
“Bagaimana
caranya membuat orang-orang percaya akan apa yang kita alami?” tanya Keira
keesokan harinya di rumahnya. Pagi ini X-JRei kembali berkumpul untuk membahas
cara mengatakan pengalaman mereka semalam di rumah Keira. “Ya, apa yang harus
kita lakukan? Sudah kubilang pergi ke rumah kosong itu bukan ide yang bagus!”
jawab Jasmine kesal. “Kalau kau tidak suka di sini, pergilah! Kami tidak
membutuhkan penakut sepertimu!” ujar Xavier kesal. “Sudahlah. Kalian jangan berantem
saja. Menghabiskan waktu.” ucap Rey mencoba mencairkan suasana yang memanas.
“Jadi, apa yang sebaiknya kita lakukan? Apa sebaiknya kita menceritakan pada
orangtua kita? Karena orang-orang tidak akan percaya pada kita.” jawab Jasmine.
“Aku rasa jangan ceritakan pada orangtua. Bagaimana kalau kita bicara pada
Pendeta agar Pendeta menyuruh mereka untuk bertobat?” usul Xavier. “Tapi jika
Pendeta tidak percaya pada kita?” tanya Jasmine. “Kita jangan ceritakan pada
Pendeta. Kita hanya perlu meminta tolong pada Pendeta untuk berkotbah mengenai
pentingnya bertobat.” usul Keira. “Itu ide yang bagus.” jawab Rey bersemangat.
Minggu
pagi di gereja Bethani, Pendeta berkotbah mengenai pentingnya bertobat dan
kehidupan manusia sekarang yang banyak dosa. Upaya mereka untuk membuat
orang-orang bertobat hampir berhasil. Tinggal kesadaran mereka saja untuk
bertobat dan mau menyadari kesalahan mereka masing-masing.
Sudah sebulan ini tidak terdengar
lengkingan dan nyanyian dari rumah kosong. Dengan begitu upaya X-JRei menyelidiki
dan meneyelesaikan masalah telah berhasil. Kini komplek mereka tidak lagi
terdengar suara gadis yang penuh penderitaan itu. Hingga suatu malam, gadis itu
masuk ke dalam mimpi X-JRei. “Terimakasih teman-teman karena telah membantuku.
Kini aku bisa bertemu lagi dengan Ibuku. Berbuatlah baik dan berdoalah selalu.
Kini semua penderitaanku telah berakhir. Aku bisa pergi dengan tenang bersama
Ibuku di surga. Terimakasih teman-teman.” pesan gadis itu dalam mimpi mereka.
Kini gadis itu telah pergi dengan tenang. Kini semua telah berakhir. Semua
penderitaan dan rasa penasaran gadis itu telah lenyap seiring dengan pertobatan
manusia-manusia berdosa dan telah kembali pada jalan kebenaran.
X-JRei selalu berdoa untuk gadis itu
dan Ibunya supaya tenang dan bahagia di surga. X-JRei juga selalu berbuat baik
dan mengingatkan orang di sekitar mereka untuk berbuat baik dan ingat Tuhan.
Karena manusia hidup oleh Kekudusan Tuhan. Kini X-JRei tetap bersahabat dan
selalu bersama dalam memecahkan masalah.
By : Lea